Minggu, 19 Februari 2017

Cerpen lucu Cinta Monyet

“Morning all…” sorakku yang baru turun dari kamar. Kemudian kutarik kursi yang berada di hadapanku dan mulai menyantap makanan yang sudah disiapkan mama. Ambil ini, ambil itu, makan ini, makan itu akhirnya kenyang juga. Setelah itu, kuraih tangan mama, kucium hingga terbau harumnya surga dan berlari ke dalam mobil. Kulambaikan tangan kepada mama dengan senyuman terbaikku.
5 menit di dalam mobil terasa sulit bagiku yang bersifat tak mau diam (tenang). Keringat bercucuran, nafas tersenggal senggal, air mata yang berlinang, hidung yang mimisan, semua itu terjadi ketika aku berusaha untuk tenang (lebay banget. Nggak segitunya juga kali). “pa… kak… aku pamit dulu, Assalamu’alaikum…” pamitku kepada mobilku. Eh salah papa dan kakakku maksudnya (masa, pagi pagi udah ngawur).
Tap… tap… tap… 1 langkah, 2 langkah, 3 langkah dari pintu gerbang, dan… “pagi Shandy!” sapa Ranis sahabat kelasku, sekaligus sahabat sebangku. Dia itu cantik, manis, baik, pintar dan juga perhatian sama aku (PD banget). Kalau dipikir pikir, senyumannya itu lho… manis banget, semanis gula. Malah lebih dari manisnya gula, hehehe. Eh, kok jadi ngomongin Shely. Mari kita kembali ke topik yang awal.
“pagi juga MANIS. Eh maksudku Ranis, sorry” ucapku kikuk. Kami berdua pun masuk ke kelas berdua.
Selama pelajaran berlangsung, aku tidak dapat berkonsentrasi. Maklum lah, penyakitku kambuh lagi. Seperti biasa, badanku mulai terasa panas, keringat mulai bercucuran dan Haaciimm…
“kamu kenapa? apa kamu demam?” tanya Ranis yang sepertinya mulai panik
“nggak apa apa kok, hanya saja, Haaciiimm…” sungguh malu rasanya, darah kental mulai keluar dari hidung munyilku
“hidung kamu merah! apa kamu FLU? tapi kamu juga mimisan, tuh! kita ke UKS aja ya?” tanya Ranis sangat perhatian. Memang sih, di depannya aku malu menjadi cowok yang lemah, tapi ada untungnya juga kok. Dia menemaniku di UKS hingga aku tidur.
Saat aku terbangun dari tidur yang melelahkan di UKS, bidadariku telah menunggu untuk diajak pulang bersama. Dia membantuku berdiri, mengambilkan tasku, dan menggandengku pulang. Kami naik bus sekolah bersama. Selama di dalam bus, aku tetap tenang. Mungkin karena ada di kali ya? tapi entahlah. Aku mulai kebingungan mengenai topik apa yang akan dibicarakan. Selagi berpikir, aku terus memainkan pulpen dengan cara dipukul-pukul ke jendela.
“OH… Shandy… pipi kamu merah!” ucap Ranis. Aku pun terkejut dibuatnya. Bukan karena pipiku merah, melainkan sentuhan tangannya itu di pipiku. Jantungku mulai tak karuan. Apa ini yang namanya CINTA Laura? hehehe. Tapi mana mungkin, kami saja baru kelas 3 SMP. Aku berusaha untuk menormalkan kondisiku agar tidak terlihat mencurigakan.
Di rumah rasanya sangat bahagia. Sampai sampai mama melihat kebahagiaan itu.
“bahagia banget Shan! lagi Falling in love ya?” tanya mama yang sedang duduk di kursi (ya iyalah kursi, mana mungkin lemari)
“iya ma… sama sahabat sebangku di kelas, Ranis yang manis itu lho!” jawabku antusias
“itu namanya CINTA MONYET!” tiba tiba kak Kherin ikut ikutan
“aku ini manusia, kak. Bukan monyet! mama… aku dibilang monyet!” kataku pedas bercampur saus tomat asam
“CINTA MONYET itu maksudnya… apa ya maksudnya? pokoknya cinta anak kecil gitulah. Sejenis hiburan” jelas kak Kherin. Aku hanya mengangguk sok paham. Dan masuk ke dalam kamar.
Mungkin lagi bosan di kamar kali ya, aku turun dari kamar sambil ngesot. Hitung hitung bantuin mama ngepel lantai lah. Biasa, anak rajin dan baik hati. Kulihat mama sedang duduk sambil mengurut urut kakinya. Tanpa pikir panjang, langsung saja kuambil air hangat di dapur dengan ember dan membawanya ke hadapan mama. Kumasukkan kaki mama ke dalam air hangat yang kubawa dan membasuhnya dengan senang hati.
“ma… kata pak Ustad surga itu di bawah telapak kaki ibu ya? tapi kok yang ada cuma urat saraf dan kerutan? setahu aku surga itu sangat indah!” tanyaku yang sibuk melihat telapak kaki mama
“kamu ini ada ada saja. Maksud pak ustad itu kamu harus berbakti kepada orangtua. Kalau orangtua kamu bahagia dan meridhoimu maka kamu akan masuk surga. Ridho Allah ridhonya orangtua. Paham?” tanya mama sambil mengusap usap kelapaku. Eh kepalaku maksudnya. Mana tahu ada jin yang keluar, kan bisa minta 3 permintaan, hehehe…
“Ridho anak pak Mamad tetangga sebelah ya ma?” aku malah balik bertanya. Mama hanya menggeleng dan… tertidur pulas. “mama ini, bisa bisanya tidur saat gini. Gimana kalau pusing terus nyemplung ke dalam ember terus berenang deh sama ubur ubur” ocehku dalam hati. Takut terjadi apa apa, aku singkirkan saja ember berisi air tadi dan kembali ke dalam kamar.
Hari ini aku dan teman sekelasku juga guruku pergi refreshing ke kebun binatang. Aku dan Ranis jalan berdua melihat lihat hewan yang ada. Hingga kami melewati kandang monyet. Ranis mengajakku untuk berhenti melihat induk monyet bersama anaknya.
“CINTA MONYET itu luar biasa ya?” ucap Renis sambil memperhatikan monyet tadi
“iya iya… biasa di luar. Eh luar biasa maksudnya” kataku blak blakan. Ranis hanya tertawa melihat tingkah laku yang aku lakukan. Dan aku pun berpikir… Pengen deh rasanya aku ungkapin perasaanku ini. Akan kucoba, mungkin berhasil…
“Ran… aku CINTA sama kamu!” kataku ragu
“APA?” plaakkk… Ranis menamparku dan pergi menjauh… khayalanku yang mengerikan. Memang aku sangat takut untuk jujur kepadanya. Aku akan tetap mencoba, mudah mudahan tidak seperti yang kubayangkan.
“Ranis… aku suka sama kamu, aku CINTA sama kamu. Aku jujur lho, Ran!” ucapku ragu plus grogi
“Apa?” teriak Ranis. Untung saja ia tidak marah dan menampar wajahku, tapi tertawa terbahak bahak “CINTA? CINTA MONYET kali… hahaha… cinta monyet… hahaha…” tawanya lagi. Aku rasa dia sudah gila gara gara perkataanku…

0 komentar:

Posting Komentar

 

wilujeng sumping in my blog Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates